Rabu, 23 Februari 2011

SURVEI PANAS BUMI TERPADU (GEOLOGI, GEOKIMIA DAN GEOFISIKA) DAERAH DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN

Indikasi adanya fluida panas di kedalaman Dolok Marawa berupa  mataair panas pada patahan 
baratlaut - tenggara (N 320 - 330º E), di elevasi 330 - 370 m dpl, dengan suhu permukaan 36,4 - 66,5º C, 
pH netral (6.57 - 7,63), dan ada endapan sinter karbonat (travertine). 
        Luas daerah prospek di asumsikan dari  kompilasi survai geologi, geokimia dan geofisika, yang 
terletak diantara sesar Tinggi Raja, Partulatula, Balakbak dan Bahbotala, seluas ±  5,5 km². Potensi panas 
bumi di Tinggi Raja dikalkulasi ± 38  Mwe, berupa air panas dengan kedalaman  zona reservoar > - 500 



Berdasarkan referensi di Kabupaten Simalungun,  Provinsi Sumatera Utara terdapat mata airpanas di daerah Tinggi Raja, Kampung Bahoan-Desa Dolok Marawa, bersuhu ± 65º C, dengan pH netral. 
     Secara global ketersediaan energi panas bumi di Indonesia berasosiasi dengan daerah magmatik dan vulkanik sebagai sumber panasnya. 
Kepulauan Indonesia yang terletak di jalur gunungapi merupakan daerah berpotensi bagi 
terbentuknya energi panas bumi.   
Di sepanjang pantai barat P. Sumatera berlanjut ke selatan P. Jawa, terus memanjang ke P. Bali dan Nusa Tenggara, kemudian berbelok ke utara ke arah P. Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Philipina. Pembentukan busur vulkanik menjadi landasan akan besarnya potensi panas bumi yang terkandung di Indonesia.  
      Kebutuhan energi listrik di Kabupaten Simalungun akan terus meningkat,  seiring kenaikan distribusi kepada konsumen berupa kebutuhan bagi bidang industri, jasa dan rumah tangga, akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dan perluasan wilayah pemukiman.  
        Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga listrik itu Pemerintah Pusat melalui Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan survai terpadu energi alternatif panas bumi di Kampung Tinggi Raja, Desa Dolok Marawa, Kecamatan Silau Kahean, dengan metoda geologi, geokimia dan geofisika di dalam koordinat  geografis di antara 98º44’46’’- 98º52’02’’ BT dan  3º5’49’’- 3º12’03’’ LS         
        Targetnya untuk menentukan struktur geologi, sumber panas (heat-source), tipe fluida, suhu reservoar,konfigurasi batuan dan struktur bawah permukaan, luas daerah prospek, nilai potensi cadangan, dan pemanfaatan fluida tersebut. 
METODE SURVEI 
        Survai memakai 3 metoda, yaitu: geologi, geokimia dan geofisika dan difokuskan di  mata 
air panas Tinggi Raja. 



Pengamatan geologi menggunakan lintasan peta secara random, dengan memakai GPS/Global Positioning System.  Data dan sampel batuan representatif dianalisis untuk menghasilkan simpulan. Sedangkan umur batuan selain diambil dari referensi Pusat Survei Geologi, dilakukan juga dating jejak belah (fission track dating). 
        Titik amat geokimia dan geofisika difokuskan di menifestasi, dengan spasi lintasan 1000 x 250 - 500 m, diukur arah tegak kepada struktur geologi dengan disesuaikan kondisi topografi. 
Sampling airpanas dilakukan di 10 lokasi, yaitu Tinggi Raja, Partulatula, Panggaruan, Balakbak, Bahoan, Lakparan dan Bahbotala.  Sedang 90 sampel tanah dan udara tanah di kedalaman 1 m dianalisis untuk mengukur konsentrasi Hg tanah dan CO2 udara tanah, dengan penentuan anomali 
untuk indikasi daerah up-flow. 
        Penetapan tipe, sistim dan pengaruh lingkungan diuji dengan diagram Cl-SO4-HCO2, Cl/100-Li-B/4 dan Na/1000-K/100-√Mg. Geotermometer air panas untuk estimasi suhu, mengaplikasikan formula yang sesuai persyaratan kondisi fisik dan kimianya.

Survai geofisika memakai cara geo-magnet, gayaberat, geo-listrik dan head-on. Pengukuran Geo-magnet dilakukan di 272 titik (202 di lintasan dan 70 regional) dengan jarak 250-500 m. 
Pengamatan intensitas magnet memakai alat magnetometer tipe G-856, G-836 dan G-826 dengan ketelitian 0.1, 1.0 dan 10  gamma. Harga IGRF 45.210  gamma  dan variasi harian dengan harga fluktuasi antara  45.125 - 45.212  gamma. 
Survai Gaya berat untuk identifikasi struktur bawah permukaan, dilakukan di 268 titik (187 di lintasan dan 81 regional).  Penentuan densitas batuan dilakukan dari sampel yang diambil di lapangan.. Harga  rata-rata 2.6 gr/cm3 .
Survai Geo-listrik memakai metoda Schlumberger bentangan simetris 2 arah.  Pengukuran tahanan jenis semu memakai bentangan AB/2=250, 500, 750 dan 1000 m dan dibuat peta anomali. Bentangan representatif diambil  AB/2=1000 m. Sedangkan penampang tahanan jenis semu dibuat di setiap lintasan. 
Pengukuran Head-On dilakukan di 2 lintasan dengan interval titik ukur 100 m tegak lurus struktur, dan jarak elektroda C=4000 m. 

Stratigrafi,  hasil pemetaan menunjukkan ada 7 satuan batuan. Urutan dari tua ke muda adalah: Satuan Gamping Bahbotala (Tgb), Andesit G. Sipapagus (Qls), Andesit G. Bahtopu (Qlb), Aliran piroklastik Toba (Qat), Jatuhan piroklastik Toba (Qjt), Travertin (Otr) dan Aluvium/Qa Umur jejak belah lava G. Bahtopu (1.9 ± 0.2Ma)/ Pliosen. Struktur geologi, dicerminkan kelurusan (lineament) tofografi dan kerucut gunungapi, 
paset segitiga, gawir sesar, kekar/  joint,  off-setbatuan, breksiasi dan mataair panas. 
        Berdasarkan cermin tersebut, maka struktur 
geologi daerah terdiri dari:  
• Kerucut G. Bahtopu dan G. Sipapagus. 
• Kelurusan (lineament) gunungapi baratlauttenggara (N 320-325º E), berupa  dike yang memotong basement dan memunculkan deretan G. Bahtopu dan G. Sipapagus. 
• Sesar timurlaut-baratdaya (N40-60º) E, berupa patahan Sigayung-gayung, Putung.  
• Sesar Bahtopu  arah baratlaut-tenggara yang memotong G. Bahtopu dan G. Sipapagus. Blok barat relatif naik dan blok timur turun.  
• Sesar Bahbotala berarah baratlaut-tenggara sejajar sesar Bahtopu, menunjukkan blok timur relatif naik dan blok barat turun. Sesar memunculkan batuan gamping Tersier. Sesar Bahtopu dan Sesar Bahbotala merupakan zona N 320-325º E, menyebabkan beberapa mataair panas bersuhu 36,4-66,5º C, dan  endapan 
travertine (sinter karbonat) (Gambar 2). Geohidrologi, Wilayah air tanah dibagi 3, berupa: resapan air,limpasan dan munculan air tanah, serta  aliran permukaan (Gambar 3). 
• Daerah resapan ± 30 % dari luas daerah.    Di sini air hujan meresap ke bumi melalui permeabilitas batuan (feed-zone). Selanjutnya akan terkumpul sebagai kantong air (catchmentarea) dan  daerah akumulasi airtanah. 
• Daerah limpasan dan munculan airtanah mencakup ± 60 % dari luas daerah. Air hujan yang meresap ke bumi, yang tidak menjadi kantong air, akan melaju dan muncul di elevasi rendah berupa mataair dingin dan mataair panas. 
• Daerah aliran air permukaan (sungai), mencakup ± 10 % luas daerah, berupa air hujan yang mengalir di permukaan tanah. Aliran sungai secara gravitasi mengalir dari elevasi 

Info selengkapnya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar